April 2016 - Raison D'être
Titik 0 kilometer Indonesia, siapa sih yang tidak tahu 0 kilometer Indonesia? Mungkin ada yang sudah mengetahui titik 0 kilometer dan beberapa kurang mengetahui. Buat yang belum mengetahui, saya akan memberitahukannya pada tulisan ini. Titik 0 kilometer itu berada di Sabang. Nah, kalau disebutkan nama kota Sabang pasti sudah pada tahu semuanya. Masak iya orang Indonesia tidak tahu Sabang! Padahal Indonesia punya lagu Nasional "Dari Sabang Sampai Merauke". Berdasarkan lagu tersebut, kita juga dapat menyimpulkan kalau Sabang itu berada diujung Indonesia. Nah, Sabang memang merupakan kota yang terletak diujung barat Indonesia lebih tepatnya berada di pulau Weh dan termasuk dalam provinsi Aceh yang berada diujung pulau Sumatera.

Di Sabang ada wisata apa sih?

Sabang merupakan kota yang berada diujung barat Indonesia, pastinya ada sebagian orang kurang mengetahui tentang Sabang dan juga wisata apa yang dapat membuat orang tertarik pergi kesana, sehingga akan memunculkan pertanyaan "Di Sabang ada wisata apa sih?". Disini saya akan memberitahukan wisata apa saja yang menarik untuk dikunjungi jika berwisata ke Sabang.

Tugu Nol Kilometer

Picture by www.google.com
Seperti yang saya bilang sebelumnya, Sabang merupakan tempat titik 0 kilometer Indonesia yang berada diujung barat Indonesia, maka dari itu disana didirikanlah Tugu Nol Kilometer Indonesia sebagai penanda geografis Indonesia yang terletak sekitar 30 kilometer dari kota Sabang. Tugu Nol Kilometer ini merupakan salah satu objek wisata yang paling dicari-cari wisatawan. Coba saja bayangkan kalau kita bisa berdiri dititik 0 kilometer Indonesia, pasti ada perasaan tersendiri bagi tiap orang jika bisa menginjakkan kaki disana. Terlebih lagi disana juga menyediakan sertifikat bahwa kalian adalah orang ke sekian yang bekunjung kesana. Waw, pastinya membuat perasaan yang terkagum jika nama kita dapat dituliskan pada sebuah sertifikat dan juga pastinya bisa membuat orang lain merasa iri kepada kita dan membuat orang lain juga ingin mengunjungi kesana. Jika kita di Tugu Nol Kilometer ini kita juga dapat melihat

Pantai Iboih

Picture by www.google.com
Pantai Iboih merupakan salah satu pantai di Sabang yang banyak diminati wisatawan. Pantai ini terletak tidak jauh dari Tugu Nol Kilometer jadi wisatawan yang berada di Tugu Nol Klimoter dapat sekalian menuju Pantai Iboih. Daya tarik di pantai ini adalah keindahan pemandangan disekitar dan juga yang paling menarik adalah wisata bawah lautnya karena ombak di pantai ini yang cukup tenang. Wisata bawah laut inilah yang katanya surga bawah laut diujung barat Indonesia. Disana pengunjung tidak perlu bingung bagaimana caranya bisa melihat bawah laut karena disana ada kapal-kapal nelayan yang dapat mengantarkan kita ke spot-spot yang digunakan menyelam. Pengunjung juga tidak perlu bingung mencari peralatan renang karena disekitar pantai telah menyediakan tempat penyewaan peralatan snorkling maupun diving.

Pantai Gapang

Picture by www.google.com
Pantai Gapang ini terletak tidak jauh dari Tugu Nol Kilometer dan juga pantai Iboih. Pantai ini juga tidak kalah bagus nya dari pantai Iboih karena pantai Gapang ini juga termasuk pantai yang diminati oleh wisatawan. Di pantai ini kita juga akan disuguhkan dengan keindahan pantai dan juga laut lepas secara langsung, berbeda dengan pantai Iboih yang terhalang oleh pulau Rubiah. Sama halnya di pantai Iboih, disekitar pantai Gapang juga terdapat tempat-tempat penyewaan alat snorkling maupun diving. Dari kedua pantai antara Pantai Gapang ataupun pantai Iboih, pengunjung dapat memilih salah satu ataupun memilih  untuk mengunjungi kedua pantai tersebut karena memang mempunyai keindahan yang sama dan juga letaknya yang tidak berjauhan.

Pulau Rubiah

Picture by www.google.com
Pulau Rubiah, pulau ini berada disebelah barat dari pulau Weh yang juga masih termasuk bagian dari Sabang. Pulau ini juga menjadi destinasi favorit untuk pengunjung. Keindahan yang disuguhkan oleh pulau ini adalah keindahan bawah lautnya yang masih alami sehingga pengunjung dapat merasakan sensasi taman didasar laut. Pulau dengan luas sekitar 2600 hektar ini mampu membuat wisatawan untuk berlama-lama disana. Untuk menuju pulau ini tidaklah susah, pengunjung dapat naik perahu ada dipantai Iboih.

Wisata bahari yang saya sebutkan itu masih beberapa wisata bahari yang ada di Sabang dan juga belum lagi wisata-wisata lain karena masih banyak lagi destinasi wisata di Sabang. Di Sabang sendiri pada tahun 2015 telah diadakan kegiatan Sabang Marine Festival yang bertujuan untuk memperkenalkan potensi kelautan dan keindahan Sabang pada dunia internasional. Pada tahun 2016, Sabang Marine Festival diselenggarakan lagi pada tanggal 26-30 April.

Wisata diatas hanyalah sedikit wisata yang ada di Sabang, jadi tidakkah wisata diatas membuat kalian tertarik berwisata ke Sabang dan penasaran wisata apa saja yang ada di Sabang selain itu? Jika kalian penasaran, persiapkan lah untuk segera pergi kesana.




Kali ini saya mau nulis lagi cerita saya ketika mendaki gunung. 25 Maret 2016 yang lalu, saya baru saja mendaki gunung Slamet. Saya mendaki bersama dengan teman-teman yang baru saya kenal saat itu juga ketika akan mendaki karena saya ikut sebuah acara yang bernama ESH (Eat Sleep Hike) yang merupakan acara yang di sponsori oleh salah satu merk outdoor terkenal di Indonesia yaitu Cozmeed. ESH ini merupakan acara pendakian masal yang sudah beberapa tahun lalu diadakan oleh Cozmeed dan ini merupakan acara ESH yang ke-7. Acara ESH7 kali ini pendakian di gunung Slamet yang berlangsung tanggal 25 Maret - 27 Maret. Sedikit pengenalan tentang ESH7, langsung saja mulai ke cerita.

Meeting Point di Cozmeed Store Purwokerto

Perlengkapan tempurku (Ketika di stasiun Kiaracondong)

23 Maret pukul 23.00 malam saya berangkat menuju stasiun Kiaracondong diantar oleh teman saya Bayu. Di stasiun Kiaracondong saya harus menunggu cukup lama karena dikabarkan kereta baru akan tiba pukul 01.00. Akhirnya saya pun harus bersabar menunggu kedatangan kereta saya yang bertujuan ke Purwokerto karena meet point ESH7 di Cozmeed Store di Purwokerto.

Selama menunggu kereta saya belum datang, saya juga sempat mengobrol-ngobrol dengan seorang penumpang kereta api lain dan ternyata dia juga suka mendaki gunung, alhasil saya pun dapat menghilangkan rasa boring menunggu kereta dengan mengobrol sesama pendaki. Kami berdua pun ngobrol panjang lebar seputar pendakian gunung. Hingga tak terasa, pukul 01.00 akhirnya kereta Serayu Malam tujuan Purwokerto telah tiba. Saya langsung bergegas menuju tempat duduk saya dalam kereta. Selama perjalanan kereta Bandung - Purwokerto, saya menghabiskan dengan tidur karena bingung mau ngapain, tidak ada teman ngobrol, dan juga untuk menghemat tenaga sehingga saya habiskan waktu perjalanan saya untuk tidur.

Sekitar pukul 06.00 pagi saya pun sudah terbangun dan beberapa penumpang ternyata sudah mulai banyak yang turun, entah distasiun mana turunnya saya tidak tahu. Sekitar pukul 07.30 kereta sampai di stasiun Kroya, saya menyempatkan turun sejenak dari kereta dan saya juga mengobrol sejenak dengan pendaki lain yang akan mendaki gunung Slamet juga. Saya mengobrol dan juga sharing-sharing pengalaman satu sama lain dan saya pun juga sempat diajak berfoto oleh rombongan mereka ketika berhenti di sasiun Kroya, namun sayang saya tidak meminta fotonya saat itu.

Sekitar pukul 08.00 akhirnya saya tiba juga di stasiun Purwokerto. Turun dari kereta, saya langsung keluar stasiun dan bertanya-tanya angkot tujuan perempatan Palma karena Cozmeed Store nya berada disekitar situ. Akhirnya saya dapat angkot menuju perempatan Palma setelah bertanya-tanya. Perjalanan angkot dari stasiun Purwokerto sampai perempatan Palma sekitar 10 menitan dan ongkosnya kalau tidak salah antara 5000-7000 karena agak lupa pas nya berapa, hehe. Sampai diperempatan Palma, saya pun harus bertanya-tanya lagi ke orang lain karena saya baru pertama kalinya ke Purwokerto. Saat itu, saya pun bertanya kepada orang terdekat yaitu seorang pejual makanan di pinggir jalan dan saya pun akhirnya ditunjukkan arahnya. Kemudian saya pun berjalan sesuai arah yang diberitahukan. Lama berjalan dan matahari kala itu di Purwokerto sangat terik sekali menyentuh kuliat dan saya pun mulai kelelahan karena belum ketemu juga Cozmeed Store. Akhirnya saya pun menghubungi salah seorang panitia dan ketika saya menghubungi panitia, saya disuruh bertanya saja dengan orang. Oke, ternyata percuma saja saya menelpon, karena saya kira akan dijemput atau bagaiman. AKhirnya saya bertanya lagi pada seseorang disekitar situ. Setelah saya bertanya, saya pun diberitahukan kalau Cozmeed Store ternyata pas di perempatan namun pada saat saya tturun dari angkot tadi saya tidak melihat. Kemudian saya pun harus berjalan balik lagi dan ternyata benar, Cozmeed Store tidak pas diperempatan Palma samping rumah makan padang. Ketika sampai situ, ternyata Cozmeed Store nya baru akan dibuka dan saat itu ternyata baru saya seorang diri yang datang. Akhirnya saya pun bertanya pada pegawai Cozmeed Store yang ketika itu sedang membuka toko sendirian, "Mas, ini Cozmeed Sore tempat meetpoin ESH7 ya?". "Iya mas, bener, Ayo mas, masuk ke dalem aja", jawab si pegawai Cozmeed Store.

Depan Cozmeed Store Purwokerto

Setelah diperkenankan masuk, saya pun langsung masuk ke dalam toko dan saya diersilahkan istirahat sambil menunggu yang lain dilantai 2 toko. Kemudian saya pun beristirahat dan juga merebahkan diri untuk tiduran sejenak. Baru rebahan sekitar setengah jam, datang seorang peserta lain dari Jakarta, namanya Ardi. Kemudian kami pun mengobrol-ngobrol dan ternyata si Ardi malah sudah tiba di Purwokerto pukul 03.00 dini hari yang kemudian menghubungi salah seorang panitia dan istirahat dirumahnya. Lama kami mengobrol, kami berdua mulai mengantuk dan akhirnya kami berdua tertidur.

Setelah tertidur kurang lebih setengah jaman, saya pun terbangun lagi karena terdengengar beberapa orang mulai datang lagi. Ternyata ada peserta lain yang baru saja datang yaitu Tyo, Radian, dan Yadi dari Jakarta yang ternyata sebenarnya kami sekereta ketika berangkat namun kami belum bertemu. Dan juga adtang satu orang peserta dari Solo yang bernama Arifin. Kami semua pun ngobrol-ngobrol untuk saling mengakrabkan diri Setelah cukup lama mengobrol, ternyata Tyo dan Radian sekelompok dengan saya dan saya pun merasa beruntung juga sudah bertemu dengan mereka terlebih dahulu sehingga saya bisa membooking untuk setenda dengan mereka, hehe.

Seiring berjalannya waktu yang semakin siang, mulai lah banyak rombongan-rombongan peserta lain yang berdatangan. Entah siapa saja namanya saya kurang mengetahui karena juga mulai ramai sehingga semua peserta juga saling mengobrol secara berkelompok-kelompok masing-masing.

Menuju Baturaden

Waktu yang yang telah ditunggu-tungggu oleh peserta akhirnya datang juga setelah menunggu cukup lama dari siang hari hingga sore hari. Pukul 16.30 sore kami semua peserta ESH7 dan juga panitia mulai bersiap dan akan berangkat menuju Baturaden jalur yang nantinya kami lewati untuk mendaki. Sebelum keberangkatan, kami semua berfoto terlebih dahulu.

Foto bareng sebelum keberangkatan menuju Baturaden

Setelah berfoto-foto sebelum berangkat, kami semua langsung berangkat menuju Baturaden dengan menggunakan bus kecil dan itupun kami semua berdesak-desakan karena banyaknya orang dan juga kerir dari masing-masing orang, jadi kondisi kami di bus layaknya kami menaiki bus-bus umum yang penuh penumpang sampai ada yang berdiri didekat pintu layaknya kernet bus.

Kami semua tiba di Baturaden waktu magrib dan kami semua ditempatkan di bangunan seperti pendopo yang bernama Bangsal Kertiwana. Sampai di Basngsal Kertiwana, kami diberikan waktu untuk sholat terlebih dahulu dan juga makan malam sebelum diadakannya materi.

Materi pun dimulai sekitar pukul 19.30 malam. Sebelum materi, kami semua disuruh oleh panitia untuk memperkenalkan diri kami masing-masing agar kami semua dapat saling mengenal nama kami satu sama lain. Setelah perkenalan selesai, dari panitia langsung menyampaikan materi. Materi yang disampaikan yang disampaikan seperti Manajemen pendakian, Fotografi, dan ada lagi tapi saya lupa.

Suasana saat materi

Selesai materi, kami semua saling mengobrol-ngobrol satu sama lain untuk mengakrabkan suasana dan pada malam itu saya juga mengobrol bersama teman-teman yang baru saja kenal dan obrolan kami pun ditemani oleh kopi panas yang memang sangat pas dinikmati didaerah pegunungan yang dingin kala itu dan tak lupa lagi hembusan asap-asap yang dihasilkan dari berbgai racikan tembakau menemani malam yang digin di Bangsal Kertiwana.

Malam pun semakin larut, dan beberapa dari kami semua mulai bersiap-bersiap menuju ke alam mimpi masing-masing dan saya pun lama-kelamaan juga mulai tertular oleh virus-virus ngantuk dan akhirnya saya pun mulai beranjak mencari posisi untuk menuju ke alam mimpi juga.

Nopember tahun 2015  lalu, seperti biasa saya dan teman-teman kontrakan jalan-jalan. Tujuan jalan-jalan kami kali ini adalah Pangandaran. Singkat saja pembukaannya, langsung masuk ke cerita saja.

Pukul 23.00 kami berangkat dari kontrakan. Kali ini, kami hanya berangkat berlima yaitu saya (Wawan), Bayu, Wingko, Ozi, dan Tony. Perjalanan yang kami rencakan sebelumnya, kami dapat sampai di Pangandaran pukul 06.00 pagi. Namun itu semua berubah setelah kami melewati setelah kami melewati daerah yang benar-benar cukup pelosok lah bisa dibilang. Kejadian ini bermula karena kami mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh GPS handphone kami.


Video amatir ketika melintasi jembatan Cirahong


Kala itu tengah malam sekitar pukul 01.00 kami melewati jalan Cirahong, Ciamis. Selama di jalan Cirahong kami berpikir, "Jalannnya kok jalan kecil, bukan jalan raya besar". Akhirnya kami tetap berjalan saja karena kami piikir mungkin di GPS dilewatkan jalan alternatif terdekat. Tak lama kemudian, kami semua sempat terkejut karena kami melewati jembatan Cirahong. Kebetuln saat itu hanya saya dan Wingko yang masih melek selama perjalanan, kemudian saya dan Wingko membangunkan yang lain karena kami melewati jembatan yan kecil yang hanya bermuatkan 1 kendaraan dan akhirnya Tony pun bercerita kalau katanya jembatan Cirahong ini daerah yang dikenal angker. Kami semua pun  langsung menatap jalan dengan serius semua.

Setelah melewati jembatan Cirahong, jalan kembali agak melebar walaupun tidak selebar jalan raya besar. Lama kelamaan jalan pun sedikit demi sedikit berubah. Terkadang jalan yang kami lewati agak rusak dan jga terkadang bagus. Kami semua masih berpikir mungkin jalan ini memang jalan alternatif yang mungkin tidak banyak orang melewatinya dan kami pun masih mengikuti GPS terus.Lama kelamaan, kami mulai terkejut lagi, kenapa jalan yang kami lalui sedikit demi sedikit mulai habis dan jalan yang kami lalui jalan berbatu sperti aspal yang sudah lama sekali rusak. Dan kami pun mulai terkejut lagi karena jalan yang kami lalui memang mulai sangat hancur dan jalan monil kami terpaksa juga harus perlahan-lahan. Kami semua berpikir kami nyasar karena jalan yang benar-benar mulai tidak karuan bentuknya. Kami semua hamir sempat ribut karena yang lain merasa salah jalan karena saya. Dan saya pun juga sempat emosi karena saya memang tidak salah karena saya hanya mengikuti GPS lewat handphone saya. Akhirnya beberapa dari kami juga mengaktifkan GPS handphone masing-masing untuk melihat sama atau tidak dengan GPS di handphone saya dan ternyata sama.

Akhirnya kami semua pun mulai berpikir yang aneh-aneh lah,saya pun sampai menceritakan kepada yang lain kalau dulu pernah ada suatu kejadian aneh didaerah Jawa Tengah, kalau tidak salah ingat di daerah Blora atau Rembang tepatnya. Suatu ketika ada rombongan orang dari Jakarta yang mau menuju ke Jawa Timur, lupa mau kemana tujuannya yang jelas ketika itu mereka pernah tersesat di suatu daerah yang tidak diketahui dan katanya mereka tersesat di alam yang berbeda. Teman-teman saya yang lain agak takut dan menyuruh saya ntuk berhenti menceritakan cerita yang saya ceritakan.

Kembali lagi diperjalanan, kami dibikin pusing oleh GPS yang terkadang jalurnya sangat tidak jelas dan kadang kalau dilihat di GPS kami berjalan di luar jalan. Kami semua pun mulai sedikit panik karena kami berpikir kalau kami nyasar. Suatu ketika ada tanjakan yang lumayan tinggi, tapi sebenarnya tidak masalah, tapi semua menjadi masalah karena jalan yang kami lalui jalanan berbatu dan akhirnya kami pun terpaksa turun karena ban mobil kami selip karena jalan yang berbatu dan licin. Akhirnya kami pun turun dan menatakan beberapa batu pada ban yang selip dan kami pun juga harus mendorong mobil juga dan akhirnya kami pun juga sedikit beletokan celana dan pakaian kami karena cipratan tanah basah yang terciprat dari ban mobil. Setelah berhasil melewai tanjakan itu, kami pun masuk ke dalam mobil lagi untuk melanjutkan perjalanan karena hari juga masih gelap kalau tidak salah sekitar pukul 03.30 pagi.

Diperjalanan, kami semua mengobrolkan untuk merencanakan putar balik dan mencari jalur terdekat menuju jalan raya kalau jalan yang kami lalui masih seperti ini. Karena jalur yang kami lalui ini seperti melewati jalur pedalaman yang jadang melewati hutan dan juga kadang melewati pedesaan. Dan keadaan desa ini juga kami rasa benar-benar letak nya sangat jauh dari perkotaan, sampai-sampai kami merasa seperti berada di negeri entah-berantah.

Akhirnya hari mulai terang, sekitar pukul 05.00 kami mencari mushola atau masjid untuk sholat subuh terlebih dahulu dan akhirnya kami menemukan sebuah mushola. Kami pun berhenti sejenak untuk melaksananakan sholat subuh terlebih dahulu. Selesai sholat subuh kami ngobrol sebentar dan kami pun memutuskan untuk bertanya ke warga sekitar apakah jalan yang kami lalui ini benar menuju ke Pangandaran. Kami pun akhirnya bertanya ke salah satu warga yang dekat dengan musola dan katanya jalan ini memang benar menuju Pangandaran dan katanya juga ini memang jalur alternatif menuju Pangandaran dan juga lebih cepat sampai ke Pangandaran. Saat kami mengobrol dengan warga itu kami juga sempat bingung karena mereka berbicara bahasa sunda dan tidak bicara bahasa Indonesia sama sekali tapi yang jelas intinya itu tadi dan beruntungnya Tony agak paham juga bahasa sunda sehingga kami bertanya kepada mere cukup enak. Terakhir kali warga itu juga bilang, lewat saja kalau mau mencoba lewat karena setelah tanjakan tajam akan segera sampai di Pangandaran, sambil menunjuk kearah tanjakannya.

Setelah bertanya, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Sekitar 20 menitan dari tempat kami berhenti sebelumnya, akhirnya kami sampai juga di tanjakan tajam yang diceritakan warga tadi. Disini pun akhirnya kami mendapat cobaan lagi yaitu ban mobil kami selip lagi dan kami pun terpaksa harus turun lagi dan mendorong. Setelah berhassil melewati ban selip tadi, kami pun berjalan lagi. Baru berjalan beberapa menit lagi ternyata kami pun terpaksa harus turun lagi karena ban mobil selip lagi. Lagi-lagi mau tidak mau kami harus turun lagi dan harus mendorong. Ketika kami mendorong, ada seseorang yang lewat dan kami pun bertanya lagi apaka Pangandaran masih jauh atau tidak. Dan orang itu bilangnya kalau Pangandaran sudah dekat, pokoknya setelah melewati tanjakan ini kami sudaah bakal melewati jalan yang bagus dan cepat sampai Pangandaran. Setelah kami bertanya, kami berusaha lagi mendorong mobil. Lama kelamaan kami capek juga mendorong mobil. Kemudian Ozi pun berjalan untuk mengecek seberapa jauh tanjakan ini karena kami rasa kalau berjalan seperti ini terus bakal menguras tenaga dan membuang waktu yang cukup banyak. Setelah Ozi mengecek jalan cukup jauh akhirnya Ozi bilang kalau jalan menanjaknya sangat jauh danbenar-benar menanjak terus dengan kondisi jalan bebatuan seperti ini dan Ozi pun juga bilang dia berjalan cukup jauh saja belum sampai diujung tanjakan. Kemudian kami berunding sebentar dan akhirnya kami memutuskan untuk putar balik dan mencari jalur untuk menuju jalan raya agar perjalanan lebih cepat. Saya pun sampai berpikir ini seperti 7 bukit penyesalan seperti jalur pendakian gunung Rinjani karena serasa tanjakan yang tak ada henti-hentinya.

Setelah berunding, kami putar balik untuk melanjutkan perjalanan kami. Di tengah perjalanan, kami menyempatkan bertanya lagi pada warga karena kami sudah capek mengikuti GPS yang agak aneh. Saat itu, Tony yang bertanya jalur menuju jalan raya kepada seorang bapak yang ketika itu sedang duduk-duduk dipinggir jalan. Setelah menunggu Tony bertanya, Tony kembali lagi ke mobil dan dia juga bercerita saat dia mau bertanya tadi. Saat Tony menuju ke bapak tadi, Tony belum bertanya tapi si bapak itu langsung bilang, "Nayasar ya? Pasti ngikutin GPS". Tony pun sontak terkejut dan sampai berpikir seperti dukun bapaknya. Ternyata saat Tony mengobrol dengan bapak itu, udah cukup sering orang yang mau ke Pangandaran mengikuti GPS pasti dilewatkan jalur ini dan katanya bapaknya juga malah pernah ada bus kecil yang samapai lewat sini dan ujung-ujungnya juga putar balik. Kami pun berpikir, bagaimana bisa sebuah bus kecil walaupun sih bukan bus yang besar, tapi kenapa sebuah bus bisa-bisa nya lewat sini. Kami aja yang pakai mobil saja sudah kewalahan, apalagi bus yang badannya lebih besar dari mobil lewat sini.

Perjalanan kami pun kami lanjutkan menuju jalan raya di Banjar. Sedikit demi sedikit akhirnya kami mulai meninggalkan negeri entah-berantah ini dan mulai melewati jalan yang mulai bagus. Dan tak lama juga kami menemukan nama desa ini adalah Sirnajaya. Kami pun berpikir, pantas saja tempat yang kami lewati tadi tidak jelas ternyata namanya Sirnajaya, kalau menurut pengartian kami sirna dari kejayaan. Karena kalau kami amati memang didaerah tadi sepertinya beberapa tahun atau juga puluhan tahun yang lalu merupakan daerah yang bagus. Karena jalannya kelihatannya seperti bekas aspal, tapi sudah hancur semua hingga menjadi bebatuan dan tak terlihat seperti ada jalan beraspal.

Lanjut saja, sekitar pukul 07.00 kami sudah mulai masuk di daerah Banjar. Kemudian sekitar pukul 07.30 kami sudah memasuki Pangandaran tapi belum masuk ddi kota. Sembari diperjalanan, kami memtuskan untuk mencari sarapan pagi terlebiha dahulu karena tenaga kami juga sedikit berkurang akbat harus mendorong mobil. Sampai di sebuah tempat makan kecil, kami makan dan beristirahat sejenak dan saya pun juga menyempatkan untuk memejamkan mata sejenak karena mata saya yang sudah agak meronta-ronta ingin merem. Selesai makan, kami menyempatkan mengobrol-ngobrol dengan si ibu pemilik tempat makan dan sekaligus bertanya-tanya tentang lokasi Green Canyon dan Citumang. Kemudian si ibu merekomendasikan ke Citumang karena katanya lebih murah dari pada Green Canyon dan juga Citumang itu sendiri tergolong masih baru dan juga masih bersih dibanding Green Canyon kemudian si ibu memberikan juga kartu nama ssalah seorang pegawai di sana atau bisa dibilang juga salah satu guide di Citumang. Sebenarnya mau saya tuliskan juga nomornya disini mungkin bisa membantu yang lain kalau mau ke Citumang, tapi maaf kartu namanya juga sudah hilang dan saya sendiiri juga lupa nomornya. Selesai mengobrol dan bertanya-tanya, kami membayar makanan kami kemudian kami langsung bergegas menuju Citumang karena juga menyesuaikan dengan uang kami, hehe.

Pukul 09.00 kami sudah memasuki daerah kota Pangandaran dan kami langsung saja menuju CItumang. Ketika di perjalanan menuju Citumang, kami langsung menghubungi nomor yang tadi diberikan dan kata nya biayanya 100.000/orang dan kami pun meng-iya kan dan kemudian kami berjanjian untuk ketemu di lokasi langsung. Akhirnya kami pun tiba di Citumang sekitar pukul 10.00 dan kami menghubungi si bapak yang kami hubungi tadi. Setelah bertemu si bapak, kami mengobrol-ngobrol sejenak dan juga sambil bernegosiasi barangkali bisa kurang. Akhirnya negosisasi kami berbuah hasil juga, kami pun dapat biaya 80.000/orang yang sebelumnya 100.000/orang, tapi dengan biaya 80.000 kami tidak mendapat makan karena katanya 100.000 itu termasuk makan. Kami sih tidak masalah saja, toh nanti selesai kami juga bisa cari makan diluar yang lebih murah, hehe.


Foto sebelum basah-basahan

Langsung saja cerita di Citumang, kami pun akhirnya bisa bersenang-senang dan menghilangkan kepenatan yang ada dipikiran kami. Rasa lelah kami di selama diperjalanan akhirnya dapat terbayarkan juga selama di Citumang. Di Citumang ini, kami dimanjakan dengan bodyrafting. Disini kami dikenakan pelampung  masing-masing orang dan kami diajak berenang-renang disungai. Disitu kami juga bisa mencoba adegan ekstrim yaitu melompat di ketinggian 7 meter dan juga 12 meter. Bayangkan, bagaimanan coba melompat ke air dari ketinggian segitu. Mungkin bagi orang lain yang sudah biasa dan juga perenang mah gak masalah, sedangkan kami pun hanya bisa renang-renangan doang.Akhirnya, saya pun merasa tertantang untuk mencobanya. Ketika melihat tempat untuk melompat yang 7 meter, saya agak kaget karena menurut saya itu kurang safety karena kita harus memanjat akar-akar pohon untuk mencapai keatas dan dibawahnya pun juga ada batu-batu, jadi sangat bahaya apabila terpeleset (mudah-mudahan tidak ada yang terpeleset). Menurut saya mestinya diberikan jalan atau tangga setidaknya lebih aman daripada harus memanjat seperti itu karena ini juga merupakan tempat wisata yang semestinya lebih diperhatikan safety nya.

Lanjut saja dari kritikan saya tadi. Akhirnya saya pun memanjat keatas untuk mencoba merasakan sensasi lompat diketinggian 7 meter. Ketika itu yang naik keatas saya, si bapak, dan 1 orang wisatawan lain. Saat diatas, saya melihat air dibawah cukup ngeri juga dan saat itu juga 1 wisatawan tadi yang naik bareng saya langsung turun lagi karena tidak berani melompat setelah melihat kebawah. "Waduh, kok malah jadi ngeri juga ya", batinku. Ketika itu saya juga merasa ngeri untuk melompat sampai si bapak bilang ke saya, "Mau saya kasih contoh dulu mas?". "Tidak usah pak", jawabku. Kemudian saya bertanya ke si bapak, "Ini aman pak?". "Aman kok mas", jawab si bapak. Saya pun akhirnya memberanikan diri untuk mencobanya dan wuuusshhh... Saya melompat bagaikan terbang dan kemudian saya merasakan tenggelam kedalam air sekitar 1,5 meter kemudian saya pun langsung mengapung keatas. Mungkin kalau tidak pakai pelampung bisa masuk lebih dari 2 meter kedalam air. Setelah mengapung perasaan saya senang sekali karena memang sangat asyik sekali sensasinya. Kemudian setelah saya yang melompat, Ozi, Bayu dan Tony pun juga ingin mencoba kemudian Ozi dan Wingko memanjat. Dan ketika giliran Tony yang ingin memanjat, Tony pun jadi ragu untuk memanjat karena takut terjatuh dikarenakan badan Tony yang agak gemuk. Saya pun juga menyarankan mending tidak usah, walaupun akarnya saya rasa kuat, tapi yang saya kawatirkan Tony tidak membawa beban badannya yang yang berat. Akhirnya Tony pun tidak jadi naik. Saat Ozi dan Bayu diatas dan juga si bapak, saya perhatikan Ozi dan Bayu pun kelihatannya juga tampak ragu dan takut untuk melompat dan akhirnya si bapak memberikan contoh lompat terlebih dahulu. Setelah si bapak lompat, saya lihat Ozi dan Bayu pun masih saling suruh-menyuruh untuk melompat. Kemudian Bayu pun melompat terlebih dahulu dan setelah Bayu barulah Ozi juga melompat.

Foto dulu

Setelah merasakan sensasi melompat di ketinggian  7 meter, kami diajak si bapak berenang menyusuri ke dalam gua yang ada di dekat tempat melompat kami tadi. Diujung gua didalam, kata si bapak kedalamannya mencapai 10 meter. "Wau, dalam juga ya", pikirku. Setelah berenang-renang menyusuri kedalam gua, kami diajak lagi oleh si bapak berenang-renang menyusuri sungai.

Foto ditengah sungai

Pada saat berenang-renang menyusuri sungai, kami juga ditunjukkan lagi tempat melompat dari ketinggian 12 meter. Melihat tempat melompat berada di pohon yang cukup tinggi sangat menantang sekali, namun yang saya sayangkan adalah memanjatnya yang susah karena menggunakan tangga gantung terlebih lagi ada beberapa anak tangga yang sudah patah sehingga mengurungkan minat saya untuk mencoba melompat. Kami pun akhirnya hanya melihat orang yang melompat diatas pohon. Memang cukup menantang nyali untuk melompat diketinggian seperti itu.

Setelah meihat orang-orang yang melompat, kami diajak kembali berenang menyusuri sungai hingga akhirnya sampai di penghujung penyusuran sungai. Perasaan kami sangat senang dan sangat mengesankan. Kami merasa puas sekali tanpa kecewa karena perjalanan panjang kami yang sebelumnya cukup melelahkan terbayarkan sudah setelah kami menikmati body rafting di Citumang ini. Penat kami selama aktifitas kegiatan kami sehari-hari berasa menghilang dan tak terasa.

Foto terkahir sebelum keluar dari air

Selesai kami menikmati body rafting, kami berbilas badan kami kemudian kami. Pukul 12.00 kami meninggalkan Citumang dan melanjutkan perjalanan kami berjalan-jalan dipantai. Setibanya dipantai kami pun mencari saung untuk merebahkan diri karena kami cukup lelah dan kebetulan juga saat itu dipantai juga hujan. Selama dipantai, kami tidak banyak beraktifitas karena badan kami yang sudah kehabisan tenaga selama di Citumang dan karena hujan juga sehingga kami menghabiskan waktu kami dipantai hanya untuk rebahan dan tidur.

Sekitar pukul 15.30 hujan pun mulai reda dan kami pun bergegas untuk kembali ke Bandung agar kami tidak telat mengembalikan mobil. Langsung akhi cerita, akhirnya pukul 23.00 kami telah sampai lagi dikontrakan kami.
Copyright © 2012 Campuranz Blogger Templates