Ke Pangandaran Lewat Negeri Entah-berantah - Raison D'être

Ke Pangandaran Lewat Negeri Entah-berantah

Nopember tahun 2015  lalu, seperti biasa saya dan teman-teman kontrakan jalan-jalan. Tujuan jalan-jalan kami kali ini adalah Pangandaran. Singkat saja pembukaannya, langsung masuk ke cerita saja.

Pukul 23.00 kami berangkat dari kontrakan. Kali ini, kami hanya berangkat berlima yaitu saya (Wawan), Bayu, Wingko, Ozi, dan Tony. Perjalanan yang kami rencakan sebelumnya, kami dapat sampai di Pangandaran pukul 06.00 pagi. Namun itu semua berubah setelah kami melewati setelah kami melewati daerah yang benar-benar cukup pelosok lah bisa dibilang. Kejadian ini bermula karena kami mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh GPS handphone kami.


Video amatir ketika melintasi jembatan Cirahong


Kala itu tengah malam sekitar pukul 01.00 kami melewati jalan Cirahong, Ciamis. Selama di jalan Cirahong kami berpikir, "Jalannnya kok jalan kecil, bukan jalan raya besar". Akhirnya kami tetap berjalan saja karena kami piikir mungkin di GPS dilewatkan jalan alternatif terdekat. Tak lama kemudian, kami semua sempat terkejut karena kami melewati jembatan Cirahong. Kebetuln saat itu hanya saya dan Wingko yang masih melek selama perjalanan, kemudian saya dan Wingko membangunkan yang lain karena kami melewati jembatan yan kecil yang hanya bermuatkan 1 kendaraan dan akhirnya Tony pun bercerita kalau katanya jembatan Cirahong ini daerah yang dikenal angker. Kami semua pun  langsung menatap jalan dengan serius semua.

Setelah melewati jembatan Cirahong, jalan kembali agak melebar walaupun tidak selebar jalan raya besar. Lama kelamaan jalan pun sedikit demi sedikit berubah. Terkadang jalan yang kami lewati agak rusak dan jga terkadang bagus. Kami semua masih berpikir mungkin jalan ini memang jalan alternatif yang mungkin tidak banyak orang melewatinya dan kami pun masih mengikuti GPS terus.Lama kelamaan, kami mulai terkejut lagi, kenapa jalan yang kami lalui sedikit demi sedikit mulai habis dan jalan yang kami lalui jalan berbatu sperti aspal yang sudah lama sekali rusak. Dan kami pun mulai terkejut lagi karena jalan yang kami lalui memang mulai sangat hancur dan jalan monil kami terpaksa juga harus perlahan-lahan. Kami semua berpikir kami nyasar karena jalan yang benar-benar mulai tidak karuan bentuknya. Kami semua hamir sempat ribut karena yang lain merasa salah jalan karena saya. Dan saya pun juga sempat emosi karena saya memang tidak salah karena saya hanya mengikuti GPS lewat handphone saya. Akhirnya beberapa dari kami juga mengaktifkan GPS handphone masing-masing untuk melihat sama atau tidak dengan GPS di handphone saya dan ternyata sama.

Akhirnya kami semua pun mulai berpikir yang aneh-aneh lah,saya pun sampai menceritakan kepada yang lain kalau dulu pernah ada suatu kejadian aneh didaerah Jawa Tengah, kalau tidak salah ingat di daerah Blora atau Rembang tepatnya. Suatu ketika ada rombongan orang dari Jakarta yang mau menuju ke Jawa Timur, lupa mau kemana tujuannya yang jelas ketika itu mereka pernah tersesat di suatu daerah yang tidak diketahui dan katanya mereka tersesat di alam yang berbeda. Teman-teman saya yang lain agak takut dan menyuruh saya ntuk berhenti menceritakan cerita yang saya ceritakan.

Kembali lagi diperjalanan, kami dibikin pusing oleh GPS yang terkadang jalurnya sangat tidak jelas dan kadang kalau dilihat di GPS kami berjalan di luar jalan. Kami semua pun mulai sedikit panik karena kami berpikir kalau kami nyasar. Suatu ketika ada tanjakan yang lumayan tinggi, tapi sebenarnya tidak masalah, tapi semua menjadi masalah karena jalan yang kami lalui jalanan berbatu dan akhirnya kami pun terpaksa turun karena ban mobil kami selip karena jalan yang berbatu dan licin. Akhirnya kami pun turun dan menatakan beberapa batu pada ban yang selip dan kami pun juga harus mendorong mobil juga dan akhirnya kami pun juga sedikit beletokan celana dan pakaian kami karena cipratan tanah basah yang terciprat dari ban mobil. Setelah berhasil melewai tanjakan itu, kami pun masuk ke dalam mobil lagi untuk melanjutkan perjalanan karena hari juga masih gelap kalau tidak salah sekitar pukul 03.30 pagi.

Diperjalanan, kami semua mengobrolkan untuk merencanakan putar balik dan mencari jalur terdekat menuju jalan raya kalau jalan yang kami lalui masih seperti ini. Karena jalur yang kami lalui ini seperti melewati jalur pedalaman yang jadang melewati hutan dan juga kadang melewati pedesaan. Dan keadaan desa ini juga kami rasa benar-benar letak nya sangat jauh dari perkotaan, sampai-sampai kami merasa seperti berada di negeri entah-berantah.

Akhirnya hari mulai terang, sekitar pukul 05.00 kami mencari mushola atau masjid untuk sholat subuh terlebih dahulu dan akhirnya kami menemukan sebuah mushola. Kami pun berhenti sejenak untuk melaksananakan sholat subuh terlebih dahulu. Selesai sholat subuh kami ngobrol sebentar dan kami pun memutuskan untuk bertanya ke warga sekitar apakah jalan yang kami lalui ini benar menuju ke Pangandaran. Kami pun akhirnya bertanya ke salah satu warga yang dekat dengan musola dan katanya jalan ini memang benar menuju Pangandaran dan katanya juga ini memang jalur alternatif menuju Pangandaran dan juga lebih cepat sampai ke Pangandaran. Saat kami mengobrol dengan warga itu kami juga sempat bingung karena mereka berbicara bahasa sunda dan tidak bicara bahasa Indonesia sama sekali tapi yang jelas intinya itu tadi dan beruntungnya Tony agak paham juga bahasa sunda sehingga kami bertanya kepada mere cukup enak. Terakhir kali warga itu juga bilang, lewat saja kalau mau mencoba lewat karena setelah tanjakan tajam akan segera sampai di Pangandaran, sambil menunjuk kearah tanjakannya.

Setelah bertanya, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Sekitar 20 menitan dari tempat kami berhenti sebelumnya, akhirnya kami sampai juga di tanjakan tajam yang diceritakan warga tadi. Disini pun akhirnya kami mendapat cobaan lagi yaitu ban mobil kami selip lagi dan kami pun terpaksa harus turun lagi dan mendorong. Setelah berhassil melewati ban selip tadi, kami pun berjalan lagi. Baru berjalan beberapa menit lagi ternyata kami pun terpaksa harus turun lagi karena ban mobil selip lagi. Lagi-lagi mau tidak mau kami harus turun lagi dan harus mendorong. Ketika kami mendorong, ada seseorang yang lewat dan kami pun bertanya lagi apaka Pangandaran masih jauh atau tidak. Dan orang itu bilangnya kalau Pangandaran sudah dekat, pokoknya setelah melewati tanjakan ini kami sudaah bakal melewati jalan yang bagus dan cepat sampai Pangandaran. Setelah kami bertanya, kami berusaha lagi mendorong mobil. Lama kelamaan kami capek juga mendorong mobil. Kemudian Ozi pun berjalan untuk mengecek seberapa jauh tanjakan ini karena kami rasa kalau berjalan seperti ini terus bakal menguras tenaga dan membuang waktu yang cukup banyak. Setelah Ozi mengecek jalan cukup jauh akhirnya Ozi bilang kalau jalan menanjaknya sangat jauh danbenar-benar menanjak terus dengan kondisi jalan bebatuan seperti ini dan Ozi pun juga bilang dia berjalan cukup jauh saja belum sampai diujung tanjakan. Kemudian kami berunding sebentar dan akhirnya kami memutuskan untuk putar balik dan mencari jalur untuk menuju jalan raya agar perjalanan lebih cepat. Saya pun sampai berpikir ini seperti 7 bukit penyesalan seperti jalur pendakian gunung Rinjani karena serasa tanjakan yang tak ada henti-hentinya.

Setelah berunding, kami putar balik untuk melanjutkan perjalanan kami. Di tengah perjalanan, kami menyempatkan bertanya lagi pada warga karena kami sudah capek mengikuti GPS yang agak aneh. Saat itu, Tony yang bertanya jalur menuju jalan raya kepada seorang bapak yang ketika itu sedang duduk-duduk dipinggir jalan. Setelah menunggu Tony bertanya, Tony kembali lagi ke mobil dan dia juga bercerita saat dia mau bertanya tadi. Saat Tony menuju ke bapak tadi, Tony belum bertanya tapi si bapak itu langsung bilang, "Nayasar ya? Pasti ngikutin GPS". Tony pun sontak terkejut dan sampai berpikir seperti dukun bapaknya. Ternyata saat Tony mengobrol dengan bapak itu, udah cukup sering orang yang mau ke Pangandaran mengikuti GPS pasti dilewatkan jalur ini dan katanya bapaknya juga malah pernah ada bus kecil yang samapai lewat sini dan ujung-ujungnya juga putar balik. Kami pun berpikir, bagaimana bisa sebuah bus kecil walaupun sih bukan bus yang besar, tapi kenapa sebuah bus bisa-bisa nya lewat sini. Kami aja yang pakai mobil saja sudah kewalahan, apalagi bus yang badannya lebih besar dari mobil lewat sini.

Perjalanan kami pun kami lanjutkan menuju jalan raya di Banjar. Sedikit demi sedikit akhirnya kami mulai meninggalkan negeri entah-berantah ini dan mulai melewati jalan yang mulai bagus. Dan tak lama juga kami menemukan nama desa ini adalah Sirnajaya. Kami pun berpikir, pantas saja tempat yang kami lewati tadi tidak jelas ternyata namanya Sirnajaya, kalau menurut pengartian kami sirna dari kejayaan. Karena kalau kami amati memang didaerah tadi sepertinya beberapa tahun atau juga puluhan tahun yang lalu merupakan daerah yang bagus. Karena jalannya kelihatannya seperti bekas aspal, tapi sudah hancur semua hingga menjadi bebatuan dan tak terlihat seperti ada jalan beraspal.

Lanjut saja, sekitar pukul 07.00 kami sudah mulai masuk di daerah Banjar. Kemudian sekitar pukul 07.30 kami sudah memasuki Pangandaran tapi belum masuk ddi kota. Sembari diperjalanan, kami memtuskan untuk mencari sarapan pagi terlebiha dahulu karena tenaga kami juga sedikit berkurang akbat harus mendorong mobil. Sampai di sebuah tempat makan kecil, kami makan dan beristirahat sejenak dan saya pun juga menyempatkan untuk memejamkan mata sejenak karena mata saya yang sudah agak meronta-ronta ingin merem. Selesai makan, kami menyempatkan mengobrol-ngobrol dengan si ibu pemilik tempat makan dan sekaligus bertanya-tanya tentang lokasi Green Canyon dan Citumang. Kemudian si ibu merekomendasikan ke Citumang karena katanya lebih murah dari pada Green Canyon dan juga Citumang itu sendiri tergolong masih baru dan juga masih bersih dibanding Green Canyon kemudian si ibu memberikan juga kartu nama ssalah seorang pegawai di sana atau bisa dibilang juga salah satu guide di Citumang. Sebenarnya mau saya tuliskan juga nomornya disini mungkin bisa membantu yang lain kalau mau ke Citumang, tapi maaf kartu namanya juga sudah hilang dan saya sendiiri juga lupa nomornya. Selesai mengobrol dan bertanya-tanya, kami membayar makanan kami kemudian kami langsung bergegas menuju Citumang karena juga menyesuaikan dengan uang kami, hehe.

Pukul 09.00 kami sudah memasuki daerah kota Pangandaran dan kami langsung saja menuju CItumang. Ketika di perjalanan menuju Citumang, kami langsung menghubungi nomor yang tadi diberikan dan kata nya biayanya 100.000/orang dan kami pun meng-iya kan dan kemudian kami berjanjian untuk ketemu di lokasi langsung. Akhirnya kami pun tiba di Citumang sekitar pukul 10.00 dan kami menghubungi si bapak yang kami hubungi tadi. Setelah bertemu si bapak, kami mengobrol-ngobrol sejenak dan juga sambil bernegosiasi barangkali bisa kurang. Akhirnya negosisasi kami berbuah hasil juga, kami pun dapat biaya 80.000/orang yang sebelumnya 100.000/orang, tapi dengan biaya 80.000 kami tidak mendapat makan karena katanya 100.000 itu termasuk makan. Kami sih tidak masalah saja, toh nanti selesai kami juga bisa cari makan diluar yang lebih murah, hehe.


Foto sebelum basah-basahan

Langsung saja cerita di Citumang, kami pun akhirnya bisa bersenang-senang dan menghilangkan kepenatan yang ada dipikiran kami. Rasa lelah kami di selama diperjalanan akhirnya dapat terbayarkan juga selama di Citumang. Di Citumang ini, kami dimanjakan dengan bodyrafting. Disini kami dikenakan pelampung  masing-masing orang dan kami diajak berenang-renang disungai. Disitu kami juga bisa mencoba adegan ekstrim yaitu melompat di ketinggian 7 meter dan juga 12 meter. Bayangkan, bagaimanan coba melompat ke air dari ketinggian segitu. Mungkin bagi orang lain yang sudah biasa dan juga perenang mah gak masalah, sedangkan kami pun hanya bisa renang-renangan doang.Akhirnya, saya pun merasa tertantang untuk mencobanya. Ketika melihat tempat untuk melompat yang 7 meter, saya agak kaget karena menurut saya itu kurang safety karena kita harus memanjat akar-akar pohon untuk mencapai keatas dan dibawahnya pun juga ada batu-batu, jadi sangat bahaya apabila terpeleset (mudah-mudahan tidak ada yang terpeleset). Menurut saya mestinya diberikan jalan atau tangga setidaknya lebih aman daripada harus memanjat seperti itu karena ini juga merupakan tempat wisata yang semestinya lebih diperhatikan safety nya.

Lanjut saja dari kritikan saya tadi. Akhirnya saya pun memanjat keatas untuk mencoba merasakan sensasi lompat diketinggian 7 meter. Ketika itu yang naik keatas saya, si bapak, dan 1 orang wisatawan lain. Saat diatas, saya melihat air dibawah cukup ngeri juga dan saat itu juga 1 wisatawan tadi yang naik bareng saya langsung turun lagi karena tidak berani melompat setelah melihat kebawah. "Waduh, kok malah jadi ngeri juga ya", batinku. Ketika itu saya juga merasa ngeri untuk melompat sampai si bapak bilang ke saya, "Mau saya kasih contoh dulu mas?". "Tidak usah pak", jawabku. Kemudian saya bertanya ke si bapak, "Ini aman pak?". "Aman kok mas", jawab si bapak. Saya pun akhirnya memberanikan diri untuk mencobanya dan wuuusshhh... Saya melompat bagaikan terbang dan kemudian saya merasakan tenggelam kedalam air sekitar 1,5 meter kemudian saya pun langsung mengapung keatas. Mungkin kalau tidak pakai pelampung bisa masuk lebih dari 2 meter kedalam air. Setelah mengapung perasaan saya senang sekali karena memang sangat asyik sekali sensasinya. Kemudian setelah saya yang melompat, Ozi, Bayu dan Tony pun juga ingin mencoba kemudian Ozi dan Wingko memanjat. Dan ketika giliran Tony yang ingin memanjat, Tony pun jadi ragu untuk memanjat karena takut terjatuh dikarenakan badan Tony yang agak gemuk. Saya pun juga menyarankan mending tidak usah, walaupun akarnya saya rasa kuat, tapi yang saya kawatirkan Tony tidak membawa beban badannya yang yang berat. Akhirnya Tony pun tidak jadi naik. Saat Ozi dan Bayu diatas dan juga si bapak, saya perhatikan Ozi dan Bayu pun kelihatannya juga tampak ragu dan takut untuk melompat dan akhirnya si bapak memberikan contoh lompat terlebih dahulu. Setelah si bapak lompat, saya lihat Ozi dan Bayu pun masih saling suruh-menyuruh untuk melompat. Kemudian Bayu pun melompat terlebih dahulu dan setelah Bayu barulah Ozi juga melompat.

Foto dulu

Setelah merasakan sensasi melompat di ketinggian  7 meter, kami diajak si bapak berenang menyusuri ke dalam gua yang ada di dekat tempat melompat kami tadi. Diujung gua didalam, kata si bapak kedalamannya mencapai 10 meter. "Wau, dalam juga ya", pikirku. Setelah berenang-renang menyusuri kedalam gua, kami diajak lagi oleh si bapak berenang-renang menyusuri sungai.

Foto ditengah sungai

Pada saat berenang-renang menyusuri sungai, kami juga ditunjukkan lagi tempat melompat dari ketinggian 12 meter. Melihat tempat melompat berada di pohon yang cukup tinggi sangat menantang sekali, namun yang saya sayangkan adalah memanjatnya yang susah karena menggunakan tangga gantung terlebih lagi ada beberapa anak tangga yang sudah patah sehingga mengurungkan minat saya untuk mencoba melompat. Kami pun akhirnya hanya melihat orang yang melompat diatas pohon. Memang cukup menantang nyali untuk melompat diketinggian seperti itu.

Setelah meihat orang-orang yang melompat, kami diajak kembali berenang menyusuri sungai hingga akhirnya sampai di penghujung penyusuran sungai. Perasaan kami sangat senang dan sangat mengesankan. Kami merasa puas sekali tanpa kecewa karena perjalanan panjang kami yang sebelumnya cukup melelahkan terbayarkan sudah setelah kami menikmati body rafting di Citumang ini. Penat kami selama aktifitas kegiatan kami sehari-hari berasa menghilang dan tak terasa.

Foto terkahir sebelum keluar dari air

Selesai kami menikmati body rafting, kami berbilas badan kami kemudian kami. Pukul 12.00 kami meninggalkan Citumang dan melanjutkan perjalanan kami berjalan-jalan dipantai. Setibanya dipantai kami pun mencari saung untuk merebahkan diri karena kami cukup lelah dan kebetulan juga saat itu dipantai juga hujan. Selama dipantai, kami tidak banyak beraktifitas karena badan kami yang sudah kehabisan tenaga selama di Citumang dan karena hujan juga sehingga kami menghabiskan waktu kami dipantai hanya untuk rebahan dan tidur.

Sekitar pukul 15.30 hujan pun mulai reda dan kami pun bergegas untuk kembali ke Bandung agar kami tidak telat mengembalikan mobil. Langsung akhi cerita, akhirnya pukul 23.00 kami telah sampai lagi dikontrakan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 Campuranz Blogger Templates